MEMBERI UNTUK MENERIMA, MENABUR UNTUK MENUAI
Jika semua orang mau menerima tapi tidak mau memberi, siapa yang akan memberi kepada mereka? Namun jika semua orang memilih untuk memberi satu sama lain, semua orang akan menerima.
MEMBERI MENOLONG KITA UNTUK BELAJAR MERASA CUKUP
“Apakah aku benar-benar memerlukan uang ini?” Itu adalah pertanyaan yang sering aku tanyakan kepada diriku setiap kali aku merasa sulit untuk memberi. Beberapa tahun lalu, aku membuat sebuah komitmen dengan Tuhan untuk tidak membeli baju, celana, atau sepatu baru kecuali aku benar-benar memerlukannya. Sekilas pandang ke dalam lemari bajuku sudah cukup untuk memberitahuku bahwa aku sudah punya cukup pakaian. Keinginanku untuk mempunyai lebih banyak pakaian seringkali muncul dari keinginanku untuk tampil beda supaya mendapatkan pujian dari orang lain—sebuah keinginan yang aku harus matikan dalam diriku (Kolose 3:5). Jika aku ingin belajar menjadi seorang pengelola uang yang bijak untuk kerajaan Allah dan belajar bahwa “ibadah, yang disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar” (1 Timotius 6:6), aku harus mematikan keinginanku itu.
MEMBERI MEMBUAT KITA SELALU PERCAYA AKAN PEMELIHARAAN TUHAN.
Setiap kali aku takut bahwa aku akan kekurangan setelah aku memberi, Tuhan akan datang memeliharaku dengan cara-Nya yang indah di waktu yang tepat. Cara dan waktu Tuhan bekerja mungkin tidak selalu persis seperti yang aku harapkan, namun aku telah melihat kesetiaan-Nya dalam memeliharaku lagi dan lagi.
Aku merasakan apa yang Tuhan janjikan dalam Maleakhi 3:10, “Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan.”
Bapaku di surga adalah TUHAN yang memelihara ; Dia tahu apa yang aku butuhkan, dan Dia setia dalam menyediakan bagiku apa yang aku butuhkan. Jadi, aku dapat “[mencari] dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya,” dan percaya bahwa “semuanya itu akan ditambahkan [kepadaku]” (Matius 6:8,32-33).
MEMBERI MEMBUAT KITA MENGENAL TUHAN LEBIH DALAM LAGI Aku percaya Tuhan memanggil kita untuk memberi karena memberi membuat kita lebih mengenal Dia. Allah Bapa memberikan Anak-Nya bagi kita (Yohanes 3:16); Dia memberikan kita kepada Yesus (Yohanes 6:37); dan Dia memberikan Roh Kudus bagi kita (Lukas 11:13; Yohanes 14:26). Allah Anak memberikan kita pengenalan akan Allah Bapa (Yohanes 14:6-9; Matius 11:27) dan Dia memberikan pendamaian dan jalan masuk bagi kita kepada Bapa (Efesus 2:13-18). Roh Kudus memberikan peringatan akan semua yang telah Yesus katakan kepada kita (Yohanes 14:26), memberitakan kepada kita apa yang diterimanya dari pada-Nya (Yohanes 16:14); dan Dia memberikan kepada kita berbagai karunia rohani untuk berbagai macam pelayanan bagi Tuhan (1 Korintus 12:4-11).
Ketika kita memberi, itu menolong kita untuk mengenal hati Tuhan lebih dalam, sama seperti ketika kita mengikuti aktivitas yang disukai oleh orang yang kita kasihi akan membuat kita lebih mengenal tentang dia. Firman Tuhan juga mengatakan kepada kita bahwa kerinduan utama yang perlu kita miliki dalam hidup ini adalah untuk memahami dan mengenal Tuhan (Yeremia 9:23-24), dan untuk mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana kita menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya (Filipi 3:10).
MEMBERI ADALAH ANUGERAH TUHAN SEBAGAI UCAPAN SYUKUR
Pernahkah kamu menyembah Tuhan dalam pujian dengan penghayatan dan keyakinan bahwa inilah alasan mengapa kamu diciptakan—untuk memuji Dia? Aku pernah. Dalam momen-momen tersebut, aku merasa seperti telah memenuhi tujuan hidupku dan dipenuhi oleh rasa syukur yang berlimpah kepada Tuhan karena Dia telah menciptakanku sehingga aku dapat menikmati karunia indah yang diberikan-Nya ini yang memampukanku untuk menyembah Dia dengan sukacita. Bayangkan jika kamu begitu dikasihi oleh seseorang namun kamu tidak dapat membalas kebaikannya. Betapa menyedihkan! Jika kita menerima kasih dan kebaikan seseorang, tentunya kita ingin mampu membalas kasih dan kebaikan yang begitu besar yang telah diberikannya kepada kita. Aku sangat bersyukur kepada Tuhan karena Dia menciptakan diriku dengan kemampuan untuk memberi balik sebagian kecil dari anugerah yang begitu besar yang telah Dia berikan kepadaku, dengan berbagai cara—entah dengan puji-pujian atau dengan memberikan waktu, uang, perhatian, atau tenagaku.
Aku akhirnya mengerti bahwa memberi tidak hanya memuliakan Tuhan, tapi juga merupakan anugerah Tuhan bagi kita. Tuhan tidak memerlukan kita untuk memberi kepada-Nya, tapi kita mengalami sukacita ketika kita memberi kepada-Nya—dan itu menyenangkan-Nya ketika kita memberi kepada-Nya sebagai ungkapan syukur kita atas anugerah-Nya. Itu seperti sukacita yang kita rasakan ketika kita dapat memberi balik kepada orangtua kita atas segala hal yang telah mereka berikan kepada kita—meskipun mereka tidak mengharuskan kita untuk memberi balik kepada mereka.
* * *
Karena semua alasan di atas, aku mengerti mengapa Yesus berkata, “Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima.” Tentu, ada waktu untuk memberi dan melayani, dan ada waktu untuk menerima dan beristirahat. Kita perlu menggunakan hikmat yang Tuhan telah berikan kepada kita untuk mengelola segala hal yang kita miliki dengan bijak.
Memberi adalah hak istimewa yang diberikan Tuhan kepada kita. Jadi, memberilah dengan sukacita, dan bukan dengan sedih hati atau karena paksaan. // Semoga bermamfaat TYM.
“Apakah aku benar-benar memerlukan uang ini?” Itu adalah pertanyaan yang sering aku tanyakan kepada diriku setiap kali aku merasa sulit untuk memberi. Beberapa tahun lalu, aku membuat sebuah komitmen dengan Tuhan untuk tidak membeli baju, celana, atau sepatu baru kecuali aku benar-benar memerlukannya. Sekilas pandang ke dalam lemari bajuku sudah cukup untuk memberitahuku bahwa aku sudah punya cukup pakaian. Keinginanku untuk mempunyai lebih banyak pakaian seringkali muncul dari keinginanku untuk tampil beda supaya mendapatkan pujian dari orang lain—sebuah keinginan yang aku harus matikan dalam diriku (Kolose 3:5). Jika aku ingin belajar menjadi seorang pengelola uang yang bijak untuk kerajaan Allah dan belajar bahwa “ibadah, yang disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar” (1 Timotius 6:6), aku harus mematikan keinginanku itu.
MEMBERI MEMBUAT KITA SELALU PERCAYA AKAN PEMELIHARAAN TUHAN.
Setiap kali aku takut bahwa aku akan kekurangan setelah aku memberi, Tuhan akan datang memeliharaku dengan cara-Nya yang indah di waktu yang tepat. Cara dan waktu Tuhan bekerja mungkin tidak selalu persis seperti yang aku harapkan, namun aku telah melihat kesetiaan-Nya dalam memeliharaku lagi dan lagi.
Aku merasakan apa yang Tuhan janjikan dalam Maleakhi 3:10, “Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan.”
Bapaku di surga adalah TUHAN yang memelihara ; Dia tahu apa yang aku butuhkan, dan Dia setia dalam menyediakan bagiku apa yang aku butuhkan. Jadi, aku dapat “[mencari] dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya,” dan percaya bahwa “semuanya itu akan ditambahkan [kepadaku]” (Matius 6:8,32-33).
MEMBERI MEMBUAT KITA MENGENAL TUHAN LEBIH DALAM LAGI Aku percaya Tuhan memanggil kita untuk memberi karena memberi membuat kita lebih mengenal Dia. Allah Bapa memberikan Anak-Nya bagi kita (Yohanes 3:16); Dia memberikan kita kepada Yesus (Yohanes 6:37); dan Dia memberikan Roh Kudus bagi kita (Lukas 11:13; Yohanes 14:26). Allah Anak memberikan kita pengenalan akan Allah Bapa (Yohanes 14:6-9; Matius 11:27) dan Dia memberikan pendamaian dan jalan masuk bagi kita kepada Bapa (Efesus 2:13-18). Roh Kudus memberikan peringatan akan semua yang telah Yesus katakan kepada kita (Yohanes 14:26), memberitakan kepada kita apa yang diterimanya dari pada-Nya (Yohanes 16:14); dan Dia memberikan kepada kita berbagai karunia rohani untuk berbagai macam pelayanan bagi Tuhan (1 Korintus 12:4-11).
Ketika kita memberi, itu menolong kita untuk mengenal hati Tuhan lebih dalam, sama seperti ketika kita mengikuti aktivitas yang disukai oleh orang yang kita kasihi akan membuat kita lebih mengenal tentang dia. Firman Tuhan juga mengatakan kepada kita bahwa kerinduan utama yang perlu kita miliki dalam hidup ini adalah untuk memahami dan mengenal Tuhan (Yeremia 9:23-24), dan untuk mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana kita menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya (Filipi 3:10).
MEMBERI ADALAH ANUGERAH TUHAN SEBAGAI UCAPAN SYUKUR
Pernahkah kamu menyembah Tuhan dalam pujian dengan penghayatan dan keyakinan bahwa inilah alasan mengapa kamu diciptakan—untuk memuji Dia? Aku pernah. Dalam momen-momen tersebut, aku merasa seperti telah memenuhi tujuan hidupku dan dipenuhi oleh rasa syukur yang berlimpah kepada Tuhan karena Dia telah menciptakanku sehingga aku dapat menikmati karunia indah yang diberikan-Nya ini yang memampukanku untuk menyembah Dia dengan sukacita. Bayangkan jika kamu begitu dikasihi oleh seseorang namun kamu tidak dapat membalas kebaikannya. Betapa menyedihkan! Jika kita menerima kasih dan kebaikan seseorang, tentunya kita ingin mampu membalas kasih dan kebaikan yang begitu besar yang telah diberikannya kepada kita. Aku sangat bersyukur kepada Tuhan karena Dia menciptakan diriku dengan kemampuan untuk memberi balik sebagian kecil dari anugerah yang begitu besar yang telah Dia berikan kepadaku, dengan berbagai cara—entah dengan puji-pujian atau dengan memberikan waktu, uang, perhatian, atau tenagaku.
Aku akhirnya mengerti bahwa memberi tidak hanya memuliakan Tuhan, tapi juga merupakan anugerah Tuhan bagi kita. Tuhan tidak memerlukan kita untuk memberi kepada-Nya, tapi kita mengalami sukacita ketika kita memberi kepada-Nya—dan itu menyenangkan-Nya ketika kita memberi kepada-Nya sebagai ungkapan syukur kita atas anugerah-Nya. Itu seperti sukacita yang kita rasakan ketika kita dapat memberi balik kepada orangtua kita atas segala hal yang telah mereka berikan kepada kita—meskipun mereka tidak mengharuskan kita untuk memberi balik kepada mereka.
* * *
Karena semua alasan di atas, aku mengerti mengapa Yesus berkata, “Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima.” Tentu, ada waktu untuk memberi dan melayani, dan ada waktu untuk menerima dan beristirahat. Kita perlu menggunakan hikmat yang Tuhan telah berikan kepada kita untuk mengelola segala hal yang kita miliki dengan bijak.
Memberi adalah hak istimewa yang diberikan Tuhan kepada kita. Jadi, memberilah dengan sukacita, dan bukan dengan sedih hati atau karena paksaan. // Semoga bermamfaat TYM.
No comments for "MEMBERI UNTUK MENERIMA, MENABUR UNTUK MENUAI"
Post a Comment